Rabu, 06 Oktober 2010 | By: Denny Willyanto

Allah Menciptakan Mereka sebagai Laki-laki dan Perempuan

          Laki-laki dan perempuan diciptakan, artinya, dikehendaki Allah dalam persamaan yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak dalam kepriaan dan kewanitaannya. “Kepriaan” dan “kewanitaan” adalah sesuatu yang baik dan dikehendaki Allah: keduanya, laki-laki dan perempuan, memiliki martabat yang tidak dapat hilang, yang diberi kepada mereka langsung oleh Allah, Pencipta-nya. Keduanya, laki-laki dan perempuan, bermartabat sama “menurut citra Allah”. Dalam kepriaan dan kewanitaannya mereka mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta.


Allah Sendiri sama sekali tidaklah menurut citra manusia. Ia bukan laki-laki, bukan juga perempuan. Allah adalah Roh murni, pada-Nya tidak bisa ada perbedaan jenis kelamin. Namun dalam “kesempurnaan-kesempurnaan” laki-laki dan perempuan tercermin sesuatu dari kesempurnaan Allah yang tidak terbatas: ciri khas seorang ibu dan ciri khas seorang ayah dan suami.

Allah menciptakan laki-laki dan perempuan secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang lain. Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam Kitab Suci: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan pernolong baginya yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18). Dari antara binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia (Kejadian 2:19-20). Perempuan yang Allah “bentuk” dari rusuk laki-laki, dibawa kepada manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya. “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kejadian 2:23). Laki-laki menemukan perempuan itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia.
<!-more->
Laki-laki dan perempuan diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya. Dalam perkawinan, Allah mempersatukan mereka sedemikian erat sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kejadian 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” (Kejadian 1:28). Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri dan orangtua bekerjasama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus.

Menurut rencana Allah, laki-laki dan perempuan memiliki panggilan supaya sebagai “wakil” yang ditentukan Allah “menaklukkan dunia”. Keunggulan ini tidak boleh menjadi kelaliman yang merusak. Diciptakan menurut citra Allah, yang “mengasihi segala yang ada” (Kebijaksanaan 11:24), laki-laki dan perempuan terpanggil untuk mengambil bagian dalam penyelanggaraan ilahi untuk makhluk-makhluk lain. Karena itu, mereka bertanggung jawab untuk dunia yang dipercayakan Allah kepada mereka.
dikutip dari:
Katekismus Gereja Katolik, #369 - #373

1 komentar:

kahlilyamamoto mengatakan...

How to open a casino in your state
the 경상남도 출장샵 state is a big, 진주 출장안마 state-regulated gambling industry. 시흥 출장안마 The Wynn and Encore are the top two locations 여주 출장샵 in the 경기도 출장마사지 world, and are among the

Posting Komentar